Ilmu pengetahuan teknologi dan
kemiskinan
A. Pengertian
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Ilmu Pengetahuan
Dari berbagai pembahasan mengenai
pengertian dari ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
tersusun dengan sistematis dengan menggunakan teknologi pemikiran yang selalu
terkontrol dan selalu dapat diperiksa dengan kritis oleh setiap orang yang akan
menciptakan sesuatu dan yang telah diketahuinya. Dalam arti sistematis berarti
tidak semua orang yang berilmu, yaitu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis saja yang bisa dibilang ilmu pengetahuan. yang merupakan
urutan-urutan struktur menjadikan hal sesuatu yang telah disusun
keseluruhannya. sehingga akan tergambar garis besar dari pengetahuan yang
bersangkutan. Ialah sistem konstruksi yang abstrak dan teratur. Jadi setiap
bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga
dapat diraba ataupun dipegang. Ilmu pengetahuan bersifat terbuka dan dapat
ditelaah kebenarannya oleh setiap orang.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki
tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu :
1. Epistemologi hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
ilmu pengetahuan.
2. Ontologis dapat
diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup ujud yang menjadi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologismu
merupakan objek formal dari suatu pengetahuan.
3. Aksiologi adalah asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Dari pengertian ilmu dan pengetahuan di
atas, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun
dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat
diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin
mengetahuinya.
b. Pengertian
Teknologi
Pengertian
Teknologi berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat
diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan
sesuatu secara rasional”.
Teknologi
dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau
alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan
realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud
dari karya cipta dan karya seni (Yunani : “techne“) manusia selaku homo
technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang
mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru
memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”.
Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar
penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo
faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam
eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu
hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi
ia bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan
manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas
manusia yang lain.
kesempatan kerja yang semakin kurang
sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar
sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi
yang akan datang.
B.
Dampak Positif Dan Negatif Dari Pengembangan IPTEK
a.
Dampak Positif dari Pengembangan IPTEK.
Adapun
dalam pemanfaatan dan penerapannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
berdampak negatif dan positif, maka dari itu kita harus mengetahui dampak apa
saja yang akan timbul dari pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Dampak positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan ditetapkan untuk kesejahteraan
dan kemakmuran manusia.
b. Dampak Negatif dari Pengembangan IPTEK.
Ada pula
dampak negatifnya, akan berpengaruh besar dalam kelangsungan hidup manusia itu
sendiri, ujung dari dampak negatif penerapan teknologi adalah kemiskinan.
Dampak negatif tersebut akan berujung pada kemiskinan, apabila manusia tidak
mampu mencari dan menemukan pemecahan permasalahan yang timbul.
Berikut
adalah dampak negatif dari perkembangan, pemanfaatan dan penerapan iptek dalam
kehidupan manusia yang saling terkait dan berujung pada masalah kemiskinan :
Ø Kesenjangan
Sosial.
Perkembangan
industri dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja. Akan tetapi,
hal ini juga dapat memunculkan kesenjangan sosial si masyarakat. Muncullah
kelompok masyarakat pemilik modal yang kaya bahkan menjadi konglomerat., tetapi
ada juga kelompok masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan. Mereka tidak
menguasai teknologi akan semakin tertinggal dan hidup miskin.
Ø Kerusakan
Lingkungan Alam.
Akibat
dari semakin meningkatnya jumlah penduduk dan penerapan iptek yang kurang
bijaksana telah menimbulkan kemerosotan kualitas lingkungan alam. Tidak hanya
merosot, tetapi juga timbul kerusakan-kerusakan sistem lingkungan alam.
Beberapa masalah lingkungan alam yang berkaitan dengan merosot dan rusaknya
kualitas lingkungan alam tersebut akan berujung pada kemiskinan. Adapun
berbagai masalah lingkungan hidup tersebut antara lain :
-Kemerosotan
kualitas dan kuantitas sumber daya alam
Merosotnya kualitas dan kuantitas SDA yang
berlebihan melampaui kemampuan, sehingga alam akan sulit dipulihkan.
Perkembangan iptek dipacu untuk mengejar keuntungan dan kesejahteraan diri
manusia itu sendiri. Hal ini telah mendorong berbagai praktik teknologi yang
mengeksploitasi SDA secara kurang bertanggung jawab karena semata-mata untuk
kemewahan.
-Pencemaran
pada berbagai SDA telah menurunkan fungsi dari sumber
Daya alam seperti air, udara, tanah dan bahan makanan. Pencemaran ini di
sebabkan oleh limbah, terutama dari kawasan industri. Pencemaran yang paling
dikhawatirkan adalah penggunaan bahan kimia yang berbahaya seperti industri
pestisida dan timbulnya limbah B3 (bahan racun berbahaya) dari kawasan
industri. Apabila keadaan ini terus-menerus berlangsung maka akan timbul
permasalahan yang baru, yang dapat berakibat fatal pada lingkungan khususnya
manusia. Bukan hanya kemiskinan yang ditimbulkan namun juga tingkat kematian
yang akan semakin meningkat, akibat dari penurunan fungsi SDA.
-Meningkatnya
lapisan gas CO2 dan kenaikan suhu bumi
Akibat adanya efek
rumah kaca, menyebabkan lapisan gas CO2 menebal di atmosfer bumi. Gas ini
berasal dari penggunaan energi minyak, Batubara, dan gas. Panasnya gas yang
menyelimuti bumi bisa berakibat meningkatnya suhu bumi atau perubahan iklim.
Oleh karena itu, bumi menjadi sangat panas, dan hal tersebut dapat menimbulkan
kebakaran hutan di Indonesia, karena notabene Indonesia banyak terdapat hutan.
Akibat dari kebakaran hutan tentu saja sangat berdampak pada lingkungan,
pencemaran udara, serta semakin menipisnya SDA, khususnya hutan di Indonesia.
-Adanya
hujan asam Industri
Khususnya pengeboran logam, pembangkit listrik
batu bara dan penggunaan energi minyak, batu bara dan gas telah mengeluarkan
berton-ton SO2, NO2 dan CO2. hal ini akan berakibat turun hujan asam . air
hujan dengan kadar keasaman yang tinggi akan merusak hutan, berkaratnya
benda-benda logam (jembatan, dan rel kereta api). Bahkan kerusakan pada
bangunan dari beton dan marmer menjadi cepat rusak.
-Lubang
lapisan ozon
Lapisan tipis ozon
pada ketinggian 30 Km di atas bumi makin menipis. Bahkan di beberapa tempat
telah terjadi kerusakan /berlubang. Padahal lapisan ozon berfungsi menahan 99%
dari radiasi sinar ultra violet yang berbahaya bagi kehidupan. Lapisan ozon ini
rusak karena bahan kimia, gas penyemprot minyak wangi, dan mesin pendingin.
Akibat rusaknya lapisan ozon dapat menimbulkan kanker kulit, kerusakan mata dan
kerusakan tanaman budidaya. Seperti akibat yang lain dari kemajuan iptek,
-Adanya
bencana banjir
Bencana banjir
terjadi karena ulah manusia yang tidak peduli dengan kelestarian lingkungan.
Hanya karena ingin mengejar keuntungan, manusia melakukan penebangan hutan
tanpa terkendali. Demi kepentingan bisnis, daerah-daerah jalur hijau berubah
menjadi berbagai bangunan. Akibat paling fatal dari bencana banjir adalah
kemiskinan. Hal ini jelas karena banyak korban banjir yang dulunya mempunyai
pekerjaan dan tempat tinggal untuk menghidupi anggota keluarga, menjadi rusak
bahkan hanyut karena banjir.
Ø Khawatiran Manusia
Terhadap Persenjataan Kimia Dan Nuklir.
Perkembangan
iptek tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan persenjataan canggih,
termasuk senjata kimia dan nuklir. Hal ini dapat membahayakan kehidupan
manusia. Contoh nyata adalah perang Irak dengan AS, yang banyak menggunakan
kecanggihan teknologi nuklir. Akibatnya banyak jatuh korban, bukan hanya
menjadi miskin tetapi tewas akibat perang yang terjadi.
Ø Kriminalitas, Kenakalan
Remaja.
Perkembangan
dan penerapan iptek telah mendorong terjadinya globalisasi. Dengan berbagai
media, setiap orang termasuk para remaja mudah terkena pengaruh nilai budaya
lain, termasuk tingkah laku kekerasan. Media massa dan terutama televisi
disebut-sebut sebagai salah satu media yang besar pengaruhnya, khususnya bagi
remaja dan manusia pada umumnya. Muncullah kenakalan remaja, antara lain karena
adanya pengaruh dari luar melalui media massa termasuk film-film di televisi.
Begitu juga dengan berbagai bentuk kriminalitas yang terjadi, juga akibat dari
pengaruh media massa.
Ø Kriminalitas, Pengangguran
dan Kemiskinan.
Akibat
dari berkembangnya iptek dalam penerapannya di berbagai bidang, salah satunya
bidang industri, adalah kriminalitas dan pengangguran, yang akan berujung pada
masalah kemiskinan. Ketiga masalah tersebut sangat erat kaitannya dan saling
berhubungan. Sebelum sektor industri memanfaatkan dan menerapkan teknologi,
banyak tenaga manusia yang dibutuhkan. Tetapi setelah memanfaatkan dan menerapkan
teknologi dalam kegiatan industri, maka industri lebuh banyak menggunakan
mesin-mesin canggih daripada tenaga manusia. Maka terjadi PHK besar-besaran,
akibatnya banyak pengangguran, dari banyaknya pengangguran akan timbul masalah
kemiskinan.
C.
Syarat-syarat ilmu:
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.
Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu
alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif.
Ilmu
harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis
adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4. Universal
Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
D. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang biasa untuk di punyai seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat
dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah
“negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang
“miskin.”
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah
satu bentuk Problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan yang dimaksud adalah
kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok
seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh. Atau dengan pendapat lain, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud
dengan sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu
terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan
manusia. Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya
ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan,
seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak
sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah
adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban
yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Sementara itu klasifikasi atau
penggolongan seseorang atau masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan
menggunakan tolak ukur utama, yaitu :Tingkat pendapatan. Misalkan saja di
Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran kerja waktu sebulan. Dengan
adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa yang tergolong dalam orang miskin
dapat diketahui. Atau dengan menggunakan batas minimal jumlah kalori yang
dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg beras.
Kebutuhan relatif per keluarga. Dibuat
berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga
agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai
warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada
dua persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama
adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur
dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau
dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya.
Semakin
banyak jumlah dan makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf
kemakmuran hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum,
terutama pedesaan. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda dengan
kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara
keinginan-keinginan dan keadaan materiil atau sosial yang dimiliki atau
dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara
keinginan dan keadaan materinya.
Kemiskinan
menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
Ø Kemiskinan yang disebabkan aspek
badaniah dan mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut
tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani.
Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha
secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
Ø Kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi
pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke
tempat hidup yang lebih layak.
Ø Kemiskinan buatan atau kemiskinan
struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan
memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi,
sosial dan politik.
Usaha
memerangi kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan dan
memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara
ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai
manusia dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya.
Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja
dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi lainnya.
E. Ciri
– Ciri Kemiskinan
1. Tidak memiliki
faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
2. Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri , seperti untuk memperoleh tanah garapan atau
modal usaha.
3.
Tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat SD.
4.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan
dapat dikategorikan 3 Unsur :
a.
Disebabkan mental seseorang
b.
Disebabkan oleh bencana alam
c. Kemiskinan buatan : kemiskinan yang timbul oleh dan dari
struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun
kultural
F. Pengaruh
IPTEK dengan Kemiskinan
Bagaimana
ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
membasmi kemiskinan. Alokasi serta kualitas sumber daya alamnya. Dilihat dari
sektor pertanian berdasarkan memanfaatkan sumber daya alam, Tingkat
produktivitas yang rendah disebabkan oleh jumlah pekerja di sektor tersebut
terlalu banyak, sedangkan tanah, kapital, dan teknologi terbatas serta tingkat
pendidikan petani yang rata-ratanya sangat rendah.
Kemiskinan muncul akibat perbedaan
kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah
berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah. Untuk itu diperlukan
program-program pelatihan ketrampilan dalam pemahaman berbasis IPTEK. Juga
kurangnya kegiatan-kegiatan/fasilitas lapangan kerja di luar bidang pertanian.
Solusinya melaksanakan 78 jalur pemerataan yang meliputi : pemerataan pembagian
pendapatan, penyebaran pembangunan di seluruh daerah, kesempatan memperoleh
pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja.
Ilmu pengetahuan sangatlah berguna bagi kita
semua. Hal yang bersifat negatif maupun positif tidak terlepas dari segala
sesuatu, begitu pula dengan IPTEK. Teknologi akan dapat berguna jika
dimanfaatkan dengan baik. IPTEK tentunya dapat memotivasi masyarakat untuk
lebih maju lagi. Karena iptek sungguh sangat menarik perhatian. Perkembangan
yang terjadi sekarang ini dapat menjadikan masyarakat memiliki pandangan atau
wawasan yang lebih luas. Iptek berkembang dengan sendirinya tentunya dengan
dikembangkan oleh orang-orang yang berpengalaman.
IPTEK pula tidak terlepas dari kemiskinan
dan kemiskinan tidak terlepas pula dari kehidupan masyarakat. Kemiskinan dalam
bidang ekonomi selalu menjadi kendala di negara-negara berkembang. Sangat sulit
negara untuk memberantas kemiskinan. Sebenarnya jika kita semua memanfaatkan
iptek maka kita semua dapat memberantas kemiskinan yang ada. Tidak akan ada
lagi pengamen, pengemis, dan pekerjaan yang lainnya yang tidak layak terjadi.
Kemiskinan terjadi karena rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pendidikan yang rendah. Semua dapat teratasi dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan tekat yang kuat kita akan dapat mencapai
kesejahteraan. Untuk mencapai kesejahteraan tidaklah diukur dengan harta benda
yang kita miliki, kedudukan, dan kekuasaan tetapi dengan niat yang tulus dan
keinginan yang besar untuk mendapatkan titik tertinggi.
G. Hubungan
antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang
diantara-Nya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu,
ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika
(kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap
penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap
sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan
ajaran agama.