Pertentangan Sosial dan Integrasi
Masyarakat
Sering
kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai
oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati
perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan- pertentangan.
Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari,
karena sebagus-bagusnya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya
keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan- kegoyahan yang terkadang keadaan
tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya,
misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah di samping adanya persamaan
kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideologi
tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Prasangka
dan Diskriminasi
Prasangka
(prejudice) diartikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya
“sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang- timbang lagi bahwa
sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik
terhadap sesuatu.
Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap
bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan
kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan,
aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan
yang realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh
diri individu masing-masing.
Prasangka
ini sebagian biar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau
pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang terlampau
tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat
sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap
sesuatu Realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati
emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.
Tidak
sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang- orang yang
lebih sukar berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup mencolok ? tampaknya
kepribadian dan inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan enggan
munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar
berprasangka, mengapa ? karena orang-orang macam ini bersikap dan bersifat
kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada
suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi
seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka
rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang di prasangkainya.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar
belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat
saja bertindak tidak diskriminatif.
Sebab-sebab
timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar
belakang sejarah
2. dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber
dari faktor kepribadian
4. berlatang
belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha
mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
1. Perbaikan
kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan
kesempatan belajar
3. Sikap
terbuka dan sikap lapang
Etnosentrisme
yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan
sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau
menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap
etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Pertentangan-pertentangan
sosial / ketegangan dalam masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1. Terdapatnya
dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di
dalam konflik
2. Unti-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap- sikap, maupun
gagasan-gagasan
3. Terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1. Pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistis di dalam
diri seseorang
2. Pada
taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3. para
taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai
dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda. Perbedaan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma
serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis di dalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. elimination;
yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik yang diungkapkan
dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok
kami sendiri
2. Subjugation
atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya
3. Mjority
Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan
kegiatan bersama
5. Compromise;
artinya kedua atau semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah
6. Integration;
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
DAFTAR
PUSTAKA